Setiap Desa atau Kelurahan atau Daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan pencirian khas tertentu dari suatu daerah. Sejarah desa atau daerah seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut sehingga sulit untuk dibuktikan secara fakta. Dan tidak jarang dongeng tersebut dihubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Dalam hal ini Desa Papungan juga memiliki hal tersebut yang merupakan identitas dari desa desa ini yang akan kami tuangkan dalam kisah-kisah dibawah ini.
Dari berbagai sumber telah ditelusuri dan digali asal-usul desa Papungan memiliki banyak versi cerita yang cukup bervariatif. Hal tersebut disebabkan oleh banyak tempat yang dikeramatkan yang kemudian dipercaya dan dijadikan pedoman sebagai keramat orang pertama yang datang dan membabat desa. Konon ceritanya Desa ini merupakan desa yang subur. Pada jaman penjajahan Belanda desa ini menjadi tempat basis tentara Belanda. Sehingga hasil panen yang melimpah ruah selalu dirampas oleh tentara Belanda.
Sehingga masyarakat desa ini menjadi hidup sengsara . Lambat laun masyarakat desa ini berniat memberontak . Berbekal senjata seadanya ( bambu runcing, tombak dan keris ) masyarakat mengumpulkan Gaman ( senjata ) yang sampai saat ini bernama dukuh Glaman yang berarti gabungan gaman / senjata. Papungan sendiri diambil dari kata Papan Pengepungan ( Tempat Pengepungan )
Pada zaman dulu ada seorang tokoh yang sangat beken, masyarakat memanggil dengan sebutan mbah Buyut. Konon didesa kami ada seekor harimau jadi-jadian mengamuk didesa kami. Karena kecintaan mbah buyut terhadap warga desa, mbah buyut bertarung habis-habisan, namun naas mbah buyut kalah dalam duel itu. Sehingga mbah buyut habis dikoyak –koyak oleh sang harimau jadi-jadian, tubuhnya habis dimakan dan hanya tersisa Weteng ( perut ) dan Geger ( punggung ) oleh masyarakat jasat mbah buyut dikuburkan secara terhormat. Tapi anehnya semenjak itu muncul lagi harimau jadi jadian yang selalu menjaga keamanan desa.
Oleh msyarakat diyakini harimau itu adalah jelmaan dari Mbah Buyut . Setiap malam Jum’at Legi berkeling mengelilingi desa. Sehingga sampai saat ini setiap setahun sekali tepatnya hari Jum’at Legi masyarakat mengadakan Nyadranan atau yang lazim disebut Bersih desa diplataran makam mbah Buyut. Demi melestarikan budaya dari leluhur maka tempat untuk melaksanakan acara Nyadranan/Bersih Desa pun pada Awal Bulan Januari 2010 dibangun oleh Masyarakat melalui Pemerintah Desa dengan cara dirabat.