Papungan - Setiap menjelang Suro, Jumat legi (14/07/2023) yang berada di makam Dusun Papungan Desa Papungan Kecamatan Pitu selalu melakukan tradisi Nyadran. Budaya yang telah dijaga secara turun-temurun dilakukan dengan bersih-bersih makam para orang tua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa atau selamatan bersama di sekitar area makam. Tradisi ini adalah hasil akulturasi budaya Jawa dengan Islam. Kata Nyadran berasal dari kata 'Sraddha' yang bermakna keyakinan.
Acara Nyadran dihadiri oleh Kepala Desa Papungan beserta perangkat yang lain. Hartono selaku Kepala Desa Papungan Menerangkan bahwa Nyadran menjadi bagian penting bagi masyarakat. Sebab, para pewaris tradisi ini menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Sehingga jangan sampai hilang tradisi seperti ini, untuk dapat dilestarikan terus-menerus sampai kapanpun “ tuturnya
Nyadran mengajarkan untuk mengenang dan mengenal para leluhur, silsilah keluarga, serta memetik ajaran baik dari para pendahulu. Seperti pepatah Jawa kuno yang mengatakan "Mikul dhuwur mendem jero" yang kurang lebih memiliki makna “ajaran-ajaran yang baik kita junjung tinggi, yang dianggap kurang baik kita tanam-dalam".
Saat menjalani tradisi nyadran, para warga di Desa Papungan turut membawa encek berisi makanan. Makanan itu disantap usai prosesi doa bersama. Setiap yang hadir, dipersilakan mengambil makanan dari encek dengan aneka macam makanan. Tradisi nyadran ini juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi dan keakraban antar tetangga dan antar warga.